Sebuah kerajaan kecil pasti terdapat orang-orang yang sakti manrdaguna. Begitu pula di daerah-daerah yang jauh dari kerajaan juga banyak warga yang juga sakti namun tidak bisa menjadikan dirinya sebagai pejabat kerajaan dikarenakan kasta mereka yang berbeda.
Di daerah Ponorogo seorang lelaki perkasa bersama seorang wanita mengembara ke wilayah timur kemudian mereka bersinggah di wilayah ujung paling barat desa. Di situlah mereka menetap dan berumah tangga hingga mempunyai anak cucu.
Si pengembara tersebut bernama Gede Jondrono. Sampai sekarang beliau masih menyambangi anak cucunya dengan menjelma sebagai macan loreng dengan tubuh yang besar.
Di daerah tersebut Gede Jondrono menamakan Dusun Gendingan. Nama gendingan diambil dari kata nggending yang artinya merancang. Kemudian dari garis keturunannya ada yang bermukim di sebelah utara tempat Gede Jondrono dan menjadi kelompok perumahan yang diberi nama Dusun Karangtengah.
Di sebelah timur Dusun Karangtengah tumbuh sebatang pohon miri dengan batang yang besar dan berbuah banyak yang membuatnya banyak orang berdatangan ke pohon tersebut. Karena ramai dikunjungi orang kemudian diberi nama Dusun Krosok yang berasal dari kata Mrosok.
Karena lokasinya berada di tengah dusun lainnya, akhirnya daerah tersebut diberi nama Desa Krosok dan dipimpin oleh seorang wanita bernama Mbah Dremo. Saat ini makam beliau berada di dekat sungai besar dan menjadi tempat pemakaman umum desa Krosok.